Diposkan pada Uncategorized

Inspiratorku: Minna-san

Memang benar kata Minna, ah menyebut nama itu, membuatku senyum-senyum sendiri, rinduu, rindu dengan teman sekamar yang selalu memberi warna keceriaan, teman sekamar yang selalu memberi semangat perbaikan, teman sekamar yang selalu membawa wawasan baru, yang memberi inspirasi. Memang semua akan terasa berbeda ketika waktu telah memisahkan, semua akan terasa rindu ketika hal itu telah menjauh. Minna, adik yang saat itu aku rasa tidak terlalu cocok, cara beradaptasi yang cukup aneh, kita sama-sama cuek, sama-sama suka baca, sama-sama suka bicara hal-hal aneh yang orang lain bahkan tak mau mendengarkannya. Ahh, Minnaaa, kangen. Bagai kamus pengetahuan buat aku, meski kamu tau lebih banyak hal, tapi tak ada kesan menggurui di setiap kata-katamu, bahkan kau seperti menceritakan saja, seperti mengajak berdiskusi saja.

Meski banyak juga kekesalanku, tapi sungguh, kebahagiaan itu melebihi apapun. Meski banyak kekurangan, tapi kelebihanmu membuatku menutup mata atas itu semua. Ingat akan malam-malam ketika kita habiskan dengan online bersama, berselancar mencari kesempatan-kesempatan yang memang layak untuk diperjuangkan. Mencari berita-berita terbaru akan hal-hal yang terjadi di luar sana. Mendapat banyak pengetahuan darimu, mendapat banyak manfaat darimu, mendapat banyak semangat baru. Ingat ketika mimpi-mimpi itu berusaha kau rajut sejak menjadi mahasiswa baru, kau bilang “mbak, aku pengen lomba ke UI”. Aku hanya bilang, “pasti bisa”. Meski aku pun tak tau bagaimana caranya ia bisa ke sana. Tapi kau membuktikan semua itu. Kau bilang ingin masuk IMA (International Marketing Association), dan kau pun menjadi bagian darinya. Pun ketika saat ini kau bilang “mbak aku pengen ke Jepang”, maka aku akan bilang tak ada yang tak mungkin untukmu. Aku akan bilang, aku yakin kalo kamu bakal ke sana. Aku yakin karena melihat semangatmu, melihat usaha dan pembuktian nyata darimu. Semangat yang bukan hanya di bibir, tapi kamu buktikan dengan segala usaha kerasmu. Aku menjadi saksinya ketika kamu berangkat latihan  untuk lomba newscasting, jalan kaki ke fakultas Hukum sehabis isya, dan itu setiap hari, pulang jam 11 malam, dan dengan jujur kamu mengatakan kalau diantar temen cowok naik mobil. Kamu selalu memberiku pertanyaan yang mengajakku untuk berfikir, pertanyaan yang tak bisa dijawab sembarangan, tapi menuntut pemikiran dan analisis yang lebih panjang. Aku pun  menjadi saksi ketika kamu rajin mengajakku untuk ke ICT, untuk les bahasa Turki, dan sekarang aku pun menyadari, kamu ingin kebahagiaan dan kebaikan itu turut aku rasakan pula. Terimakasih untuk satu semesternya, terimakasih untuk semuanya.

Minnaa, pernah suatu ketika aku bertanya pada diri sendiri, sebenarnya aku hanya sebatas sebal dengan tingkahmu atau aku sesungguhnya sayang. Kalau sayang, ya lakukan sesuatu, dan aku pun sadar bahwa aku memang sayang kepadamu karena Allah. Pada akhirnya aku pun mengikhlaskan semuanya. Minna, entah bagaimana terbangnya perasaanku ketika aku tahu bahwa engkau melakukan hal yang sama denganku. Ternyata kau juga menceritakan tentangku kepada temanmu, hal itulah yang mengejutkanku. Aku senyum-senyum sendiri ketika temanmu yang bernama Ravita mengatakan, “oh ini toh mbak sekamarnya Minna yang sering diceritakan itu”, haha, terbang ke langit aku. Kata Ravita, “Minna cerita kalau mbak sekamar aku itu baik, aku sering cerita ke dia, dan sampe sekarang masih deket”. Hahaha.

Setelah berpisah wisma, aku baru tau kalau kamu menjadikanku salah satu orang yang kau mintai pendapat mengenai keputusan yang akan kau ambil. Itu saja menjadikanku heran tak menyangka. Padahal, aku merasa aku tak pernah memberikan solusi yang cukup baik.

Aku jelas maklum kalau aku menceritakan kebaikan-kebaikanmu karena memang kamu baik dan luar biasa, tapi aku tak menyangka kau melakukan hal yang sama. Minna, aku ngga nyangka aja ternyata ukhuwah ini telah terjalin begitu indah, terimakasih ya Allah akan pertemuan ini, akan waktu-waktu berharga selama satu semester. Semoga ukhuwah ini bisa terus terjalin indah meski nantinya kita berada pada jarak yang jauh, meski nantinya kita memegang peran masing-masing di setiap lini kehidupan yang akan kita lewati. Semoga Allah tetap memberikan jalan keistiqomahan kepada kita, memberikan kasih sayang dan kebaikan-kebaikanNya kepada kita. Semoga kau tetap menjadi penerang kehidupan di manapun engkau berada, semoga engkau menjadi pejuang dakwah yang tangguh di FIB. Jujur, aku bangga telah mengenalmu, aku bersyukur menjadi kepingan puzzle di kehidupanmu. Semoga di manapun enggau berada, kau tetap menjadi Minna yang sekarang. Semoga kau tetap diberi kekuatan untuk mempertahankan tegaknya Islam.

Padahal tadinya aku hanya mau menulis, benar kata Minna, “semuanya itu bukan karena sempat, tapi disempatkan mbak”.

@wismaRumaisha, 02:05 PM, 5 Januari 2016.